nasib saya
Agak kurang afdol kalau cerita gue memperjuangkan kelulusan dalam bentuk skripsi tidak tercatat.
Jadi, bimbingan pertama dengan pembimbing yang jika namanya disebutkan akan mengakibatkan tatapan iba dari orang lain cukup... berkesan.
Ketika topik sudah disetujui, tali bonding telah terjalin, dan sedang menentukan objek, gue dirujuk ke dosen lain karena dosen tersebut yang mengenal calon objek studi. Ternyata si dosen cukup kepo dengan menghakimi gue dengan segudang pertanyaan metodologi blah blah blah. Gue yang tadinya cukup bangga dengan hasil bimbingan (dan rumpi) 3 jam menjadi layu seperti sayur bayam. Hasil penghakiman 15 menit mematahkan notulen bimbingan ngalor ngidul. Lalu, gue dirujuk untuk ke dosen lain yang memang dibidang topik gue.
Singkat cerita, bertemu lagi dengan pembimbing lalu ditanya hasilnya. Gue jujur dengan mengatakan si dosen meragukan topik gue lebih ke sosio daripada ke ilkom, dan gue dirujuk ke dosen ahli. Pembimbing merasa kredibilitasnya dipertanyakan dan sangat tidak senang. Pembimbing kurang lebih seperti mengancam jangan pernah gue bertanya ke dosen ahli, kecuali kalo gue mau bimbingan sama dosen ahli. Wooo, chill, pembimbing.
Menyadari situasi agak memanas, ini kode untuk gue kembali menjilat pembimbing. Dan disinilah gue menyadari betapa nasib gue seperti telur di ujung tanduk.
Pembimbing (p): kamu udah kasih tau pake teori apa?
gue (g): udah pak. teori A kan. saya udah jelasin.
P: nah teori A itu kan ilmu komunikasi! kurang apalagi! Sini aja kalau mau debat ribut. Saya pernah disidang blablablabla (kembali ngalor ngidul). Coba, menurut kamu teori A itu teori ilmu apa?
G: (clueless.. berpikir keras..) errrr. ilmu komunikasi sih Pak.
P: nah! kenapa kamu bisa bilang ilmu komunikasi?
G: (gue tidak tau jawabannya! dan hanya bisa menjawab jawaban super bodoh.....) karena bapak bilang begitu.
P: Loh kok!? masa karena saya bilang begitu. bukan donk! (well, gue cukup senang artinya pembimbiing ternyata lumayan pintar bisa menyadari jawaban idiot gue. dan gue menunggu untuk pembimbing menjelaskan dan berargumentasi dasar dari sebuah teori hingga akhirnya dia menjawab dengan jawaban yang .........) Tau dari buku donk! nih disini tertulis ini buku apa, teorinya kan disini! masa tau dari saya.
Dan gue pun speechless. membayangkan bagaimana nanti sidang.
Tuhan, tolong.....
Jadi, bimbingan pertama dengan pembimbing yang jika namanya disebutkan akan mengakibatkan tatapan iba dari orang lain cukup... berkesan.
Ketika topik sudah disetujui, tali bonding telah terjalin, dan sedang menentukan objek, gue dirujuk ke dosen lain karena dosen tersebut yang mengenal calon objek studi. Ternyata si dosen cukup kepo dengan menghakimi gue dengan segudang pertanyaan metodologi blah blah blah. Gue yang tadinya cukup bangga dengan hasil bimbingan (dan rumpi) 3 jam menjadi layu seperti sayur bayam. Hasil penghakiman 15 menit mematahkan notulen bimbingan ngalor ngidul. Lalu, gue dirujuk untuk ke dosen lain yang memang dibidang topik gue.
Singkat cerita, bertemu lagi dengan pembimbing lalu ditanya hasilnya. Gue jujur dengan mengatakan si dosen meragukan topik gue lebih ke sosio daripada ke ilkom, dan gue dirujuk ke dosen ahli. Pembimbing merasa kredibilitasnya dipertanyakan dan sangat tidak senang. Pembimbing kurang lebih seperti mengancam jangan pernah gue bertanya ke dosen ahli, kecuali kalo gue mau bimbingan sama dosen ahli. Wooo, chill, pembimbing.
Menyadari situasi agak memanas, ini kode untuk gue kembali menjilat pembimbing. Dan disinilah gue menyadari betapa nasib gue seperti telur di ujung tanduk.
Pembimbing (p): kamu udah kasih tau pake teori apa?
gue (g): udah pak. teori A kan. saya udah jelasin.
P: nah teori A itu kan ilmu komunikasi! kurang apalagi! Sini aja kalau mau debat ribut. Saya pernah disidang blablablabla (kembali ngalor ngidul). Coba, menurut kamu teori A itu teori ilmu apa?
G: (clueless.. berpikir keras..) errrr. ilmu komunikasi sih Pak.
P: nah! kenapa kamu bisa bilang ilmu komunikasi?
G: (gue tidak tau jawabannya! dan hanya bisa menjawab jawaban super bodoh.....) karena bapak bilang begitu.
P: Loh kok!? masa karena saya bilang begitu. bukan donk! (well, gue cukup senang artinya pembimbiing ternyata lumayan pintar bisa menyadari jawaban idiot gue. dan gue menunggu untuk pembimbing menjelaskan dan berargumentasi dasar dari sebuah teori hingga akhirnya dia menjawab dengan jawaban yang .........) Tau dari buku donk! nih disini tertulis ini buku apa, teorinya kan disini! masa tau dari saya.
Dan gue pun speechless. membayangkan bagaimana nanti sidang.
Tuhan, tolong.....